Senin, 07 Juni 2010

PRAMUKA AMBALAN ABU NASAR - S.K. TRIMURTI

GERAKAN PRAMUKA
AMBALAN ABU NASAR – S.K. TRIMURTI
GUDEP 02.65 – 02.66
PANGKALAN SMA NEGERI 2 KOTA SERANG
Jalan Raya Pandeglang KM 5 Serang ( 0254 ) 250 788 42151

Tentang : Sejarah Pangeran TB. ABU NASAR
Tanggal : 5 Desember 2009
Angkatan : DA XXIII

PANGERAN TUBAGUS ABU NASAR

Pangeran Abu Nasar adalah seorang putra dari sultan Banten yang bernama Sultan Zainul Arifin. Beliau mempunyai seorang adik yang bernama Putri Saribanon dan seorang uwa yang bernama Ki Tapa.

Abu Nasar seorang yang gagah, tampan, pemberani, pandai bermain silat, dan pandai dalam ketatanegaraan.

Abu Nasar, Saribanon, serta para pembesar kesultanan Banten sangat benci kepada Kompeni ( Belanda ), apalagi setelah 3 bulan kematian ibu kandungnya. Sultan Zainul Arifin merencanakan akan menikah lagi dengan perempuan cantik yang bernama Fatimah. Fatimah seorang yang pandai bergaul dan berdagang, cerdas dan terkenal dikalangan saudagar dan pembesar VOC.

Setelah perceraian dengan suaminya yang pertama, Fatimah akhirnya dinikahi oleh Sultan Banten Zainul Arifin dengan pesta yang sangat meriah atas permintaan Fatimah sendiri. Akan tetapi pada pernikahan itu tidak seorangpun dari keluarga sultan yang menghadirinya, hal tersebut karena keluarga sultan sangat membenci Fatimah, karena dianggap sebagai ular berbisa yang diselundupkan VOC.

Ambisi Fatimah untuk menguasai Sultan Banten mendapat dukungan dari Gubernur Jenderal Baron Van Inhoff. Adapun tujuan Belanda mendukung Fatimah tersebut agar dapat mengalahkan Banten yang dianggap Negara yang sangat membahayakan VOC. Fatimah diharapkan dapat memecah belah Kesultanan Banten.

Hari – hari berikutnya terjadi perang dingin antara Fatimah dengan putera Sultan Banten, lama kelamaan hubungan antara ayah dan anakpun menjadi renggang. Keadaan yang demikian dimanfaatkan oleh Fatimah dengan akal liciknya. Disuruhnya Sultan Zainul untuk menugaskan Abu Nasar untuk bertanding dengan Mangkubumi Caringin, ia tidak diperbolehkan membawa pasukan.

Tetapi beliau bukan anak kemarin sore, beliau mengetahui gelagat yang tidak baik itu, dengan kepandaian Abu Nasar lalu beliau pun terhindar dari usaha pembunuhan yang direncanakan oleh Fatimah.

Putri Saribanon tidak tinggal diam, dia berusaha membebaskan ayah dan kakaknya, dicarilah barang bukti fitnahan Fatimah tersebut.

Pada suatu saat putri Saribanon mendapat surat dari kekasihnya Tb. Buang, yang isinya menceritakan bahwa mereka sedang berperang melawan kompeni di Lontar, dan di bagian lain diceritakan bahwa kompeni telah mengutus seseorang untuk menyampaikan surat perjanjian Fatimah dengan kompeni.

Selesai ia membaca surat, ia langsung menyuruh pengawalnya untuk menyampaikan pasukan berkudanya. Mereka berangkat dengan pasukan yang setia dan pada akhirnya mereka berhasil merampas surat ditengah jalan.

Segera mereka pulang dan memberitahukannya kepada Ki Tapa dan pemimpin – pemimpin Banten, dalam beberapa minggu saja terjadilah pengepungan benteng betawi, kemudian terjadi pertempuran yang sangat dahsyat di malam harinya. VOC mulai terdesak dan kemudian diadakan perundingan antara VOC dengan Kesultanan Banten.

Isi dari perundingan tersebut diantaranya membebaskan Sultan Zainul dan Abu Nasar, akan tetapi Sultan Zainul sudah meninggal di pengasingannya, hanya Pangeran Abu Nasar saja yang masih sehat dan berhasil dibawa untuk berkumpul kembali dengan keluarganya, Pangeran Abu Nasar langsung memimpin pasukannya dalam penyerangan berikutnya ke Batavia tetapi kemudian datang utusan dari Tb, Buang dan putri Saribanon bahwa kompeni telah mendarat di Carita dan Labuan. Langsung saja beliau mengundurkan pasukannya ke Banten. Sesampai di Banten pasukan dibagi menjadi dua, Ki Tapa memimpin pasukan ke daerah Labuan dan Tb. Buang memimpin pasukan ke arah carita bersama Abu Nasar, setelah sampai di Menes, kompeni telah menyerang pasukan mereka, sementara menurut kabar bahwa gunung Manura sebuah tempat penyusunan dan tempat pendidikan kemiliteran telah diserang juga oleh kompeni. Akhirnya pasukan Banten mengundurkan diri untuk menyelamatkan daerah strategis Gunung Manura. Berkat siasat yang dilancarkan Abu Nasar yaitu perang gerilya, akhirnya kompeni kalah, kemudian pada tahun 1752 kompeni menyerang Gunung Manura ntuk yang kedua kalinya akan tetapi mereka kalah lagi.

Setelah itu Abu Nasar diangkat menjadi sultan Banten menggantikan ayahnya yang telah meninggal di pengasingan. Dibawah pimpina Abu Nasar kemudian rakyat hidup tentram, sampai akhirnya beliau bergelar “SULTAN ABU NASAR MUHAMAD ARIF ZAINUL ASYIKIN” yang pengangkatannya dilakukan pada 25 September 1752

Tidak ada komentar:

Posting Komentar